Kamis, 17 Mei 2012

Proses Kegiatan Belajar Mengajar Yang Sesuai Keinginan


Proses Kegiatan Belajar Mengajar
Yang Sesuai Keinginan

Oleh : Tiara Annisa Rohmah
TPA AR-ROYYAN SOLO

I.         PENDAHULUAN
            Dalam dunia pendidikan, peranan pengajar dalam membimbing dan mengarahkan anak didiknya sangat di perlukan. Begitu pula proses kegiatan belajar mengajar yang sesuai keinginan sangat diperlukan bagi anak didik pengajar. Di dunia TPA peranan ustadz / ustadzah juga diperlukan. Apalagi proses kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan menarik. Untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar yang seperti konsep diperlukan kerja sama antara pengajar dengan santriwan / santriwati. Tanpa kerja sama antara pengajar dengan santriwan / santriwati, proses kegiatan belajar mengajar yang seperti konsep tersebut tidak akan terlaksanakan.
       Kebanyakkan TPA-TPA yang lain hanya mengajarkan membaca iqra` maupun Al-Qur`an. Ataupun memberikan sedikit refreshing dengan bernyanyi, tepuk tangan, atau pertanyaan-pertanyaan yang mengenai pendidikan agama islam. Selain itu, sebaiknya lebih memvariasikan kegiatan yang ada. Walaupun demikian apabila salah satu pihak tidak berperan maka pelaksanan konsep kegiatan belajar mengajar tersebut tidak akan terlaksana. Memang tidak mudah melaksanakan konsep kegiatan belajar mengajar tanpa peranan yang kuat. Tanpa partisipasi pihak tersebut, konsep kegiatan belajar mengajar tersebut tidak akan terlaksana.
            Apabila ada partisipasi dan peranan yang besar, tanpa ridho dari Allah SWT tetap tidak akan terlaksana dengan maksimal. Jadi, harus tetap ada niat, tulus ikhlas dari hati, dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh.
            Pada pembahasan ini, penulis mencoba untuk memberikan uraian mengenai Proses Kegiatan Belajar Mengajar Yang Sesuai Keinginan.

II.      PEMBAHASAN
Seorang santriwan maupun santriwati pasti menginginkan suasana TPA yang menyenangkan. Oleh karena itu, wajib ustadz maupun ustadzah memberikan suasana yang demikian. Dengan demikian santriwan dan santriwati dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan para ustadz / ustadzah dengan riang gembira atau dengan hati yang senang. Cara guru mengajar dengan baik antara lain :
1.   Disampaikan oleh figur otoritas
Figur otoritas di sini maksudnya adalah sosok yang punya pengaruh atau yang dihormati. Misalnya, ustad/ustadzah. Pastilah anak-anak akan lebih mendengarkan apa yang disampaikan oleh seorang ustad/ustadzah daripada kalau yang menyampaikan itu teman sebayanya.
2.   Mempunyai muatan emosi tinggi
Passion! Ada greget ketika kita menyampaikan sesuatu. Jangan datar-datar saja, karena yang datar biasanya membosankan. Apalagi yang kita hadapi adalah anak-anak. Mereka akan lebih merespon dan lebih “ngeh” dengan apa yang kita sampaikan, apabila kita menyampaikannya dengan penuh semangat dan memiliki muatan emosi tinggi.
3    Repetisi ide Repetisi atau pengulangan.
Sampaikan berulang-ulang, agar apa yang kita sampaikan benar-benar terserap dan tertanam kuat pada lawan bicara kita.
4.   Penguatan ide oleh sumber-sumber lain
ide yang sama tersebut disampaikan tidak hanya oleh satu orang, namun dikatakan oleh beberapa orang yang berbeda. misalnya guru di sekolah, orang tua dirumah, dan ustadz di TPA mengatakan hal yang sama, misalnya “kamu anak yang rajin” maka pengaruhnya kepada anak akan jauh lebih besar.

Pembahasan pembelajaran yang menyenangkan :
1.           Ketika TPA yang kita ampu adalah anak-anak yang notabe memiliki umur berkisar antara 3-12 tahun maka kita bisa memutarkan lagu anak-anak Islam yang menyenangkan sebelum proses pelajaran TPA dimulai. Dengan menggunakan seperangkat komputer atau laptop yang telah diatur dengan program winamp, serta memasukkan lagu anak Islam ataupun hafalan doa yang dikemas dalam rekaman secara menyenangkan untuk didengar oleh anak-anak.
2.           Pemutaran film atau kisah kisah teladan bisa dengan menggunakan layar. Selama ini penceritaan kisah teladan hanya dilakukan dengan cara lisan yakni guru bercerita dan para siswa mendengarkan, namun dengan penerapan teknologi sebagai media pembelajaran bisa menampilkan gambar animasi beserta suara yang bisa memudahkan untuk ditangkap oleh anak-anak.
Jadi, pembelajaran yang bisa diterapkan dalam TPA tidak harus statis. Meskipun pembelajaran yang dilakukan tidak berubah karena pelajaran yang bersifat paten, namun sistem atau metode yang digunakan haruslah tetap seiring perkembangan teknologi yang ada. Diterapkan dengan sistem multimedia yang memanfaatkan teknologi, selain membuat kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan metode ini juga dapat membuat siswa lebih mudah menangkap materi yang disampaikan.
Pada intinya, kegiatan mengajar TPA itu terdiri dari tiga rangkaian acara, yaitu pengkondisian, isi dan penutup.
1. Pengkondisian
Pengkondisian penting untuk keberlanjutan dan demi kelancaran proses belajar mengajar berikutnya. Kalau dari awal kita sudah berhasil mengkondisikan anak-anak, secara otomatis mereka akan lebih mudah untuk kita kendalikan.
Bagaimana caranya? Ada banyak cara pengkondisian, diantaranya yang sering dilakukan adalah dengan tepuk-tepuk, seperti tepuk anak soleh, dkk, yang sudah banyak dikreasikan. Bisa juga dengan memberikan komando, misal ketika kita berkata “santri”, maka mereka harus menjawab “iya ustad/ustadzah”. Banyak cara yang bisa temen-temen kreasikan dalam rangka pengkondisian, cukup dengan hal-hal yang simple dan mudah dipahami.
2. Isi
Usahakan dalam kita menyampaikan isi jangan membosankan. Kita bisa mengkreasikan dengan banyak cara, contohnya dengan dongeng. Dalam mendongeng pun harus dilakukan dengan semenarik mungkin, jangan monoton. Bisa menggunakan alat bantu, seperti buku cerita bergambar, music, atau boneka tangan, dengan efek suara yang khas. Kalau pun kita tidak bisa mengganti-ganti suara, bisa disiasati dengan menggunakan ‘suara besar’, ‘suara biasa’, dan ‘suara kecil’. Usahakan sekreatif mungkin dan lepas saja ketika kita menyampaikan. Jangan ada rasa malu. Ada kalanya juga kita bisa mengajak anak-anak berpetualang, kegiatan outdoor supaya mereka tidak bosan.
3. Penutup
Pada sesi ini, berikanlah sugesti dengan hal-hal yang positif. Jangan hanya sekedar penutupan, salam, bubar.. Tapi ada sesuatu yang bisa kita sampaikan untuk membesarkan hati mereka, dengan mengambil hikmah dari materi yang sudah disampaikan sebelumnya.

III.   PENUTUP
Pengalaman menjadi seorang pengajar, ada suka, ada duka, ada-ada saja pokoknya hal–hal yang menjadi momen berharga dan tak terlupakan ketika kita berkecimpung di TPA.
Kesimpulannya adalah :
  1. Seorang ustadz  / ustadzah TPA harus dapat menvariasikan kegiatan sedemikian rupa agar santriwan / santriwati dapat mengikuti pembelajaran yang diberikan ustadz/zah dengan hati yang riang gembira.
  2. Harus menggunakan kata-kata positif dalam proses pembelajaran berlangsung, agar santriwan/wati dapat menumbuhkan karakter yang baik mulai dari sekarang.
  3. Selalu mensuport santriwan/wati agar terus mengeluarkan ide-ide mereka dalam proses pembelajaran berlangsung.
IV.   DAFTAR PUSTAKA
  1. Kidsmile.info/2011/09/tips-asyik-ngajar-tpa-pembekalan-pengajar-gkm-jogja/Dindadyah.blog.uns.ac.id/201204/26/esaifilm/



Rabu, 16 Mei 2012

Berproses Menjadi Seorang Ustad Ustadah TPA

Berproses Menjadi Seorang Ustad /Ustadah
Taman Pendidikan Al Qur’an

Oleh : Bhian Rangga JR
TPA Ar Royyan Solo

I.         Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, peranan  pengajar dalam membimbing serta mengarahkan anak didiknya sangatlah diperlukan. Seperti halnya kelembagaan formal, peran dunia TPA di masyarakat memiliki kedudukan yang layak untuk dikembangkan. Dunia TPA merupakan dunia bagi seorang santri. TPA merupakan lembaga informal dibawah nauangan takmir masjid ataupun yayasan. Adapun salah satu tujuan diselenggarakannya TPA antara lain membentuk karakter santri dan memberikan bekal kepada santri kedepannya untuk bisa terjun langsung ke dunia masyarakat sesuai tuntunan al qur’an maupun al hadist.
Beberapa kasus sekarang, banyak sekali TPA – TPA yang memberikan sajian pembelajaran yang menyenangkan dan efektif bagi santrinya. Namun, ada juga TPA yang memberikan sajian pembelajaran yang monoton saja. Kondisi semacam itu bergantung pada tiga aspek, yaitu santri, walisantri, serta pengajar ( ustad – ustadah ). Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisadipisahkan dalam membangun sebuah kekondusifan dunia TPA. Peranan seorang ustad maupun ustadah dalam dunia TPA sangatlah penting. Tanpa kehadiran mereka, tanpa partisipasi mereka, dunia TPA tidak akan berjalan sesuai apa yang diharapkan bersama. Bekal mendapatkan predikat “ustad / usatad’ah ) tentu sangatlah mudah di mata masyarakat. Namun, dihadapan Allah SWT, predikat tersebut sangatlah sulit, kecuali bagi mereka yang mau dan bersungguh – sungguh untuk menekuninya.
Pada pembahasan ini, penulis mencoba untuk memberikan uraian mengenai berproses menjadi ustad maupun ustadah TPA.

II.      Pembahasan
Seorang santri pasti merindukan sesosok ustad maupun ustadah yang dinantikannya.Oleh karena itu, wajib bagi ustad maupun ustadah untuk memberikan ilmu yang bermanfaat bagi santrinya. Suri tauladan, tingkah laku sang ustad maupun ustadah akan mencerminkan perilakunya dalam kehidupan sehari – hari.  Jika sang ustad / ah memiliki karakter yang sopan , bershaja, pasti si santri juga akan menirunya, meskipun semua itu perlu proses. Karakter seorang ustad / ah haruslah bercermin pada sikap rasulullah muhammad saw. Sifat shidiq, amanah, fatonah, dan tabligh haruslah dimiliki seorang ustad maupun ustadah di TPA tersebut. Sehingga diharapkan, dengan karakter yang meniru tauladan rasulullah saw, dan berpedoman pada alqu’an dan as sunah dapatlah menjadi bekal bagi dirinya untuk menyebarkan dakwah dalam lingkup TPA.
Dalam firman Allah SWT : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa…” (QS Al Baqarah: 197). Maksud dari ayat tersebut bahwa bekal utama manusia dalam mengisi kesehariannya, baik di sekolah, di rumah, di kantor, di manapun mereka berada adalah dengan bekal takwa. Tentu saja predikat untuk mencapai taqwa hanyalah Allah swt yang tahu akan predikat tersebut.
Untuk memperoleh bekal taqwa, diperlukan sebuah action. Berkata mudah untuk diucapkan, namun tindakan / perbuatan perlu dilakukan. Salah satu bukti bahwa kita harus memiliki bekal taqwa untuk kehidupan di dunia dan diakhirat adalah menyebarkan misi dakwah. Misi dakwah dapat dilakukan salah satunya dengan mengajar TPA. Mengajar TPA bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Hanya orang – orang yang bertakwalah dan bersungguh sungguh maka dia insyaallah akan terketuk hatinya untuk mengajar di TPA.
Sebuah TPA perlu adanya sesosok ustad maupun ustadah yang berkarakterTPA yang memiliki pengajar yang bermutu ternyata memiliki prestasi yang bagus, walaupun sarananya tidak memadai. Maka menjadi ustad maupun ustadah  harus menjadi seorang yang profesional, bermutu dan hebat. Utamakan mengajar dengan cara yang terbaik.  Beberapa cara yang perlu ditempuk akan menjadi ustad maupun ustadah yang profesional adalah haruslah memalui tahap berproses. Berproses disini dalam arti mampu memposisikan dirinya untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Bekal utamanya adalah memiliki benteng iman dan taqwa. Lantas bagaimana untuk mengokohkan keimanan dan ketaqwaan tersebut?
Salah satunya dengan tholabul ilmi bersama. Seorang ustad / ah tidak akan bisa mengajarkan atau mungkin tidak akan bisa berdiri di depan santri mereka apabila dia tidak memiliki ilmu. Oleh karena itu, langkah –langkah dalam berproses menjadi ustad / ah adalah :
1.      Memiliki kesungguhan yang kuat
Kesungguh – sungguhan di sini maksudnya adalah apabila mereka memiliki komitmen yang kuat dalam mengajar TPA, apapun bentuknya mereka haruslah mengorbankan segala apa yang dimiliki, baik tenaga, waktu, pikiran, dan lain sebagainya. Sehingga perlu diperlukan manajemen dalam membagi waktu antara urusan pribadi maupun urusan lainnya.
2.      Terus mengasah ilmu
Mengasah ilmu wajib hukumnya bagu ustad maupun ustadah. Tanpa bekal ilmu, maka dia tidak akan bisa mengembangkan apa yang akan diajarkan kepada santri – santrinya. Berbagai macam sumber ilmu/ referensi tersedia, baik buku, searching internet, kajian islam, media radio, televisi dan lain sebagainya
3.      Perlu adanya tindakan konkret
Tindakan konkret sangatlah penting dilakukan. Apabila ustad maupun ustadah memiliki komitmen yang kuat dalam mengajar, maka merekah.haruslah mengamalkan ilmu yang ia peroleh kepada santrinya. Seorang ustad maupu ustadah haruslah memiliki wawasan yang luas, memiliki ide kreatif dan inovatif.
Dengan demikian, dengan adanya proses yang matang bagi sang ustad maupun ustadah diharapkan mampu menjadi bekal dia dalam mengajarkan ke santri didiknya dalam dunia TPA serta memperoleh predikat taqwa dihadapan Allah swt.

III.   Penutup
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Seorang ustad maupun ustadah TPA haruslah memiliki karakter baik yang dapat dicontoh oleh santrinya. Karakter ustad maupun ustadah haruslah bercermin dari suri tauladan rasulullah saw yang bersumber pada alqur’an dan as sunah.
2.  Langkah –langkah dalam berproses menjadi ustad / ah adalah memiliki kesungguhan yang kuat,terus mengasah ilmu, perlu adanya tindakan konkret

IV.   Daftar Pustaka
Fadhlijauhari..2010. Berproses dengan berbekal tentu lebih langgeng. http://fadhlijauhari.wordpress.com/2010/07/16/berproses-dengan-berbekal-tentu-lebih-langgeng/, diakses 04 Mei 2012
Fatan, F. 2009. Menjadi Ustadz-ustadzah hebat. http://badkomergangsan.wordpress.com/2009/07/27/menjadi-ustadz-ustadzah-hebat/, diakses 04 Mei 2012